Tinggal seorang nenek berusia sekitar 70 tahun,disebuah rumah yang terletak dipinggiran Desa tempatnya desa Tergo,dikaki gunung Muria. Dia menempati rumah itu bersama suaminya. Masyarakat sekitar biasa memanggilnya dengan nama Mbok supi dan pak pawi untuk suaminya, Mungkin kehidupan mereka bisa dibilang jauh dari kelayakan,jangankan untuk hidup layak,mereka untuk makan sehari-hari saja susah,kadang mereka hanya makan nasi ditemani garam dapur atau cabe saja karena tidak mempunyai uang untuk membeli lauk.
Kisah diatas mungkin sebagian kecil dari potret perjuangan hidup masyarakat kecil diindonesia,ini membuktikan masih banyak masyarakat kecil (tidak mampu) diindonesia dan bahwa kurangnya kepedulian pemerintah terhadap penderitaan yang dialami masyarat kecil selama ini,dan masih banyak mbok supi-mbok supi lainya diluar sana yang berjuang melawan kerasnya hidup dijaman modern ini.Jadi sepatutnya kita bersyukur dengan semua yang telah kita miliki.
Mbok supi mempunyai 4 orang anak,masing-masing anaknya telah berkeluarga,namun kondisi ekonomi anak-anaknya tidak jauh berbeda dengan kondisi ekonomi mbok supi. Sehari-harinya pak pawi suami mbok supi bekerja sebagai tukang serabutan yang tidak tentu kerja dan penghasilannya,karena itu untuk membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka, mbok supi bekerja sebagai pembuat kerajinan tikar dari daun pandan .
Pembuatan tikar dari duan pandan bukanlah hal yg mudah,apa lagi di usia yg sudah retan mbok supi harus pulang-pergi berjalan kaki menempuh jarak yang lumayan jauh dari rumahnya untuk menggambil daun pandan yang akan dibuat tikar,tidak sampai disitu saja sesampainya dirumah,mbok supi harus bersusah payah kembali membuang duri-duri yg berada dipinggiran daun-daun pandan tadi.Kemudian setelah daun-daun pandan itu dibersihkan dari duri-duri yang ada,daun pandan tersebut lalu dijemur sampai kering atau sampai berubah warna kecoklatan,proses penjemuran membutukan waktu 1 hari,bahkan kadang bisa sampai 2 hari lamanya jika cuaca sedang buruk.Setelah selesai dijemur daun pandan tadi dikerok dengan potongan bambu tipis agar menjadi lebih lentur dan tidak kaku saat dibuat menjadi tikar,setelah melalui semua proses tadi sekarang daun pandan itu telah bisa digunakan untuk membuat tikar.
Mbok supi bisa membutuhkan waktu 1 hari untuk membuat 1 anyaman tikar berukuran kecil,dah 2 hari untuk tikar berukuran besar,bahkan kadang mbok supi sampai tidak tidur hanya untuk menyelesaikan anyaman tikar tersebut.Namun 1 buah anyaman tikar berukuran kecil hanya dihargai Rp. 2500 dan Rp.5000-7000 untuk ukuran besar oleh pembeli, harga yg tidak sebanding dengan seluruh usaha dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh mbok supi.Kerasnya hidup yang mbok supi jalani membuatnya tidak punya banyak pilihan,namuan semua itu tidak pernah membuat dia mengeluh ataupun putus asa dalam menjalani hidupnya,semuanya dia lakukan dengan penuh ke ikhlasan untuk terus bertahan hidup.